Kamis, 22 Desember 2011
Semua Tentang Ibu
Semua tentang ibu
Begitu Senja
Kutelusuri garis itu
Membentuk formasi di sudut kelopak
Kelopak matanya yang semakin lusuh
Terbentang panjang di atas dahi
Bersatu bersama guratan lain
Kutelusuri rambut itu
Berbaris memutih di kulit kepala
Semakin hari semakin pias
Dipanggang mentari, dilumat keringat
Kutelusuri wajah itu
Rahangnya tak lagi kukuh
Garis bibirnya tak lagi lentur bertutur
Matanya tak lagi awas
Keletihan yang menggantung di sana
Mengatakan bahwa ia sudah sangat senja
Biarkan aku melukis wajah
Menjabarkan kerinduanku
Bairkan aku memikirkannya sejenak
Merenungkan kehampaanku
Hampir semua lembar takdir dijelajahinya
Sudah panjang nafasnya
Derita hitam kelopak bawah matanya
Tak pernah usai alur kesabarannya
Baginya aku adalah darah
Menyebarkan segenap tenaga di tubuhnya
Dan bagiku ia adalah langit
Yang tak mengenal waktu memayungiku
Tanpa pernah mengenal malam atau siang
Cintaku ibu
(Ranal F _ Fossei Jabodetabek)
Begitu Senja
Kutelusuri garis itu
Membentuk formasi di sudut kelopak
Kelopak matanya yang semakin lusuh
Terbentang panjang di atas dahi
Bersatu bersama guratan lain
Kutelusuri rambut itu
Berbaris memutih di kulit kepala
Semakin hari semakin pias
Dipanggang mentari, dilumat keringat
Kutelusuri wajah itu
Rahangnya tak lagi kukuh
Garis bibirnya tak lagi lentur bertutur
Matanya tak lagi awas
Keletihan yang menggantung di sana
Mengatakan bahwa ia sudah sangat senja
“Tak ada waktu yang tersedia untukku berada di sampingnya, untuk sekedar mengunggkapkan rasa
sayangku padanya, hanya duduk dalam boncengannya ai bercerita sepanjang perjalanan, dengan
suara yang bertarung dengan jalanan, satu kali dalam seminggu, ya hanya itu waktu kebersamaan
kami, andai ada hari ayah akan kubacakan puisi ini di hadapannya, tapi sayangnya dunia tak
sepakat denganku, hanya dalam laptop ini kuharap ia sempat membacanya sebelum ia menutup
hidupnya.”
Biarkan aku melukis wajah
Menjabarkan kerinduanku
Bairkan aku memikirkannya sejenak
Merenungkan kehampaanku
Hampir semua lembar takdir dijelajahinya
Sudah panjang nafasnya
Derita hitam kelopak bawah matanya
Tak pernah usai alur kesabarannya
Baginya aku adalah darah
Menyebarkan segenap tenaga di tubuhnya
Dan bagiku ia adalah langit
Yang tak mengenal waktu memayungiku
Tanpa pernah mengenal malam atau siang
Cintaku ibu
(Ranal F _ Fossei Jabodetabek)
Renungan
jangan nangis ya, tapi di renungkan.........
keberhasilan adalah harapan orang tua kita, stiap langkah dan tetesan air mata nya terucap alunan do'a yang merdu dan indah, ia rela membuat diri nya miskin demi anak nya,,,,,,,, ia merasa kenyang saat kita minta kebutuhan pokok meskipun perut nya melilit kesakitan karena menahan lapar,,, uang ratusan ribu tak berarti di matanya demi perlengkapan hidup kita,,, tubuh yang kita rawat setiap saat untuk menjaga kelembutan,,, sementara ortu kita di tengah terik nya matahari membuat kulit nya keriput,,,, keringat bercucuran demi mencari sesuap nasi,,, tapi adakah kita meneteskan air mata untuk nya dan mendo'akan nya?????
mari kita renungkan bersama!!!
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPLZu2iKqRIMQIQtrBmu18YIeWBOH4dSJRLAwTF6aU2NS7ih21cRjUw03uLoVM44O5X0JbR8FSnmja1-PIb4SGN78y2x6rrSVoZz3sEl1Qh2hmwFVHY-Xg_Ye8HouW22iz6nc_oB4s-4AU/s320/ibu.jpg)
i love u mom.... forever,,,,,,,,
(Hima Aliqtishad)
Rabu, 21 Desember 2011
Indahnya Lukisanmu wahai Ibu
( ditulis sebagai refleksi hari ibu)
Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres
Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, di gedung yang kemudian dikenal
sebagai Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto. Dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari
12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres
Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).
Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan
Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan
pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan.
Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara; pelibatan
perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan; pelibatan perempuan dalam berbagai aspek
pembangunan bangsa; perdagangan anak-anak dan kaum perempuan; perbaikan gizi dan kesehatan
bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai gembar-
gembor kesetaraan gender, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya
yang amat penting bagi kemajuan bangsa.
Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres
Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Misi diperingatinya Hari Ibu pada awalnya lebih untuk
mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Dari
situ pula tercermin semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja
bersama. Kini, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih
kepada para ibu, memuji keibuan para ibu. (file://localhost/G:/ibu/486.html)
Aah iya, jika kita telisik mengenai permasalahan tentang ibu di negeri ini amatlah banyak,
mulai dari kasus prita yang berakhir di tralis besi dengan memisahkan dua anaknya kemudian kasus TKW
yang pulang tinggal mayat, kasus tingginys angka kematian ibu saat melahirkan, kurangnya gizi,
kenakalan remaja, kerusakan moral anak bahkan kenaikan harga sembako, BBM pun selalu menjadi
masalah utama seorang ibu. Hari ibu yang diperingati setiap akhir tahun ini serasa hanya ceremonial
belaka tanpa meninggalkan jejak solusi untuk masalah yang sepertinya menjadi masalah permanen bagi
ibu pertiwi, namun dari sini ada harap yang besar untuk kita emban sebagai muslimah dan mendukung
Menjadi ibu memang sebuah pilihan yang indah, pilihan yang tak ditawarkan bagi kaum
sekuat adam, sungguh tidak, namun dari kaum ibu akan tumbuh generasi harapan ummat, karena
sebenarnya seorang wanita jika ia di karunia amanah menjadi seorang ibu maka tugas yang paling
utama adalah mendidik anak-anaknya dengan jiddiyah (kesungguhan) yang tinggi. Namun realita di
masyarakat Indonesia saat ini frame berfikir bahwa seorang ibu adalah manusia yang multi talent
dimana ia mampu mengandung, melahirkan mendidik kemudian beranggapan bahwa ibu yang berkarier
di luar rumah dengan gemilang, dia adalah sosok ibu modern yang hebat, tanpa ia tahu ternyata anak
menjadi korban kekurang perhatiannya seorang ibu pada anaknya. Kemudian sampai kapan paradigm ini
terus membudaya dinegeri tercinta ini.
Hmmmm, sebagai penawar yang tertulis diatas Sejenak kita mengaca peran seorang ibu pada
zaman Rasulullah dulu. Kisah Asma’ binti Abu Bakar sang pendidik sejati (semoga kita diperkenankan
untuk mentauladani dan bertemu dengan beliau)… begini singkatnya.
Asma memiliki putra yang bernama Abdullah bin Zubair, dia adalah amirul mukminin. Pada
suatu saat Bani Umayyah dibawah kepemimpinan Abdul Malik bin Marwan mengutus Hajjaj Ats-Tsaqafi
untuk mengepung Abdullah bin Zubair dari berbagai penjuru hingga menyebabkan daerah kekuasaan
Abdullah mengalami kekurangan pangan, kekeringan dan kemudian sebagian besar pengikut Abdullah
bin Zubair perpaling darinya. Dalam keadaan terkepung ini Abdullah bertemu dengan ibu, maka nasihat
indah menyejukan qalbu Abdullah.
“anakku, engkau tentu lebih tahu tentang dirimu! Jika menurut keyakinanmu engkau berada
di jalan yang benar dan mengajak untuk mencapai kebenaran itu, maka bersabarlah dan bertakwalah
dalam melaksanakan tugas itu sampai titik darah penghabisan. Tidak ada kata menyerah dalam kamus
perjuangan melawan kebuasan buda-budak Bani Umayah. Tetapi jika menurut pikiranmu engkau
mengharap dunia, maka engkau adalah seburuk-buruk hamba. Engkau celakakan dirimu sendiri beserta
orang-orang yang tewas bersamamu.”
Nasihatnya kemudian, “ Aku memohon kepada Allah semoga ketabahan hatiku menjadi
kebaikan bagi dirimu, baik engkau mendahului aku menhadap Allah atau aku mendahuluimu. Ya Allah
semoga ibadahnya sepanjang malam, shaumnya sepanjang siang, dan baktinya kepada orang tuanya
Engkau terima disertai curahan rahmatMu. Ya Allah, aku serahkan segala sesuatu tentang dirinya kepada
kekuasaanMu dan aku rela menerima kepetusanMu. Ya Allah, berilah aku pahala atas segala perbuatan
Abdullah bin Zubair ini, pahalanya orang-orang yang sabar dan bersyukur.” Aaahh alangkah indahnya
dialog cinta antara anak dan ibu ini, sungguh tanpa ada kekokohan aqidah yang kuat bagi seorang ibu
tak akan mampu melahirkan generasi seperti Abdullah bin Zubair..semoga kita para muslimah mampu
mentauladani sikapnya itu, sungguh tak mudah bagi wanita untuk dia itu berbuat zuhud sebab pada
hati dan pandangan matanya dijadikan indah harta dan dunia seisinya ini, itulah godaan wanita masa
kini yang mudah goyah dengan beraneka keindahan dunia…. Sungguh betapa indahnya godaan itu.
Namun bagi seorang muslimah sejati seperti Asma’ binti Abu Bakar ini, ia mampu menjadikan apa yang
teranugerah dalam dirinya adalah sarana untuk mengabdi pada Allah, begitupun dengan anak dan harta
Maka saudariku muslimah, alangkah indah dirimu, alangkah cantik dirimu jika apapun yang
teranugerah untukmu menjadi sarana untuk mendekat pada Illahi. Peradaban islam yang madani itu
justru berawal dari dirimu, untuk melukiskan keindahan akhlak, ilmu pada kertas putih anak-anak kita,
maka APA YANG SUDAH KITA SIAPKAN MENUJU MEGA PROYEK ini? Masihkah kita enggan mencari ilmu
sekuat tenaga untuknya, sedang kita sekolah untuk dunia kita berpuluh tahun, namun untuk MEGA
PROYEK ini apa yang sudah kita siapkan? Sungguh tak hanya butuh ilmu agama saja, namun ia butuh
keterampilan, keahlian dan bersiap untuk mencurahkan hati, jiwa, harta dan diri demi proyek ini. Agar
kasus diawal artikel tak menjadi permasalahan permanen. Menjadilah ibu sejati bagi dirimu, anakmu
masyarakat dan bangsamu. KEINDAHAN LUKISANMU di ATAS KERTAS PUTIH YANG BERSIH Menjadi
PENAWAR BAGI PERMASALAHAN UMAT.
Jangan pernah berhenti bergerak! Beranilah pada kebenaran! Bicaralah jika kau benar!
Kendalikan godaan dunia dan harta ini dengan cara mulia! Pergunakan malumu pada tempatnya!
Semoga kita semua para muslimah aktivis dakwah dapat bertemu dengan para umahatul muslimin yang
mengispirasi kita, di jannah kelak! Semoga!
Salam sayang bagi calon ibu maupun yang sudah menjadi ibu
(Halwa Saidah)
Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres
Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, di gedung yang kemudian dikenal
sebagai Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto. Dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari
12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres
Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).
Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan
Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan
pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan.
Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara; pelibatan
perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan; pelibatan perempuan dalam berbagai aspek
pembangunan bangsa; perdagangan anak-anak dan kaum perempuan; perbaikan gizi dan kesehatan
bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai gembar-
gembor kesetaraan gender, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya
yang amat penting bagi kemajuan bangsa.
Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres
Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Misi diperingatinya Hari Ibu pada awalnya lebih untuk
mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Dari
situ pula tercermin semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja
bersama. Kini, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih
kepada para ibu, memuji keibuan para ibu. (file://localhost/G:/ibu/486.html)
Aah iya, jika kita telisik mengenai permasalahan tentang ibu di negeri ini amatlah banyak,
mulai dari kasus prita yang berakhir di tralis besi dengan memisahkan dua anaknya kemudian kasus TKW
yang pulang tinggal mayat, kasus tingginys angka kematian ibu saat melahirkan, kurangnya gizi,
kenakalan remaja, kerusakan moral anak bahkan kenaikan harga sembako, BBM pun selalu menjadi
masalah utama seorang ibu. Hari ibu yang diperingati setiap akhir tahun ini serasa hanya ceremonial
belaka tanpa meninggalkan jejak solusi untuk masalah yang sepertinya menjadi masalah permanen bagi
ibu pertiwi, namun dari sini ada harap yang besar untuk kita emban sebagai muslimah dan mendukung
Menjadi ibu memang sebuah pilihan yang indah, pilihan yang tak ditawarkan bagi kaum
sekuat adam, sungguh tidak, namun dari kaum ibu akan tumbuh generasi harapan ummat, karena
sebenarnya seorang wanita jika ia di karunia amanah menjadi seorang ibu maka tugas yang paling
utama adalah mendidik anak-anaknya dengan jiddiyah (kesungguhan) yang tinggi. Namun realita di
masyarakat Indonesia saat ini frame berfikir bahwa seorang ibu adalah manusia yang multi talent
dimana ia mampu mengandung, melahirkan mendidik kemudian beranggapan bahwa ibu yang berkarier
di luar rumah dengan gemilang, dia adalah sosok ibu modern yang hebat, tanpa ia tahu ternyata anak
menjadi korban kekurang perhatiannya seorang ibu pada anaknya. Kemudian sampai kapan paradigm ini
terus membudaya dinegeri tercinta ini.
Hmmmm, sebagai penawar yang tertulis diatas Sejenak kita mengaca peran seorang ibu pada
zaman Rasulullah dulu. Kisah Asma’ binti Abu Bakar sang pendidik sejati (semoga kita diperkenankan
untuk mentauladani dan bertemu dengan beliau)… begini singkatnya.
Asma memiliki putra yang bernama Abdullah bin Zubair, dia adalah amirul mukminin. Pada
suatu saat Bani Umayyah dibawah kepemimpinan Abdul Malik bin Marwan mengutus Hajjaj Ats-Tsaqafi
untuk mengepung Abdullah bin Zubair dari berbagai penjuru hingga menyebabkan daerah kekuasaan
Abdullah mengalami kekurangan pangan, kekeringan dan kemudian sebagian besar pengikut Abdullah
bin Zubair perpaling darinya. Dalam keadaan terkepung ini Abdullah bertemu dengan ibu, maka nasihat
indah menyejukan qalbu Abdullah.
“anakku, engkau tentu lebih tahu tentang dirimu! Jika menurut keyakinanmu engkau berada
di jalan yang benar dan mengajak untuk mencapai kebenaran itu, maka bersabarlah dan bertakwalah
dalam melaksanakan tugas itu sampai titik darah penghabisan. Tidak ada kata menyerah dalam kamus
perjuangan melawan kebuasan buda-budak Bani Umayah. Tetapi jika menurut pikiranmu engkau
mengharap dunia, maka engkau adalah seburuk-buruk hamba. Engkau celakakan dirimu sendiri beserta
orang-orang yang tewas bersamamu.”
Nasihatnya kemudian, “ Aku memohon kepada Allah semoga ketabahan hatiku menjadi
kebaikan bagi dirimu, baik engkau mendahului aku menhadap Allah atau aku mendahuluimu. Ya Allah
semoga ibadahnya sepanjang malam, shaumnya sepanjang siang, dan baktinya kepada orang tuanya
Engkau terima disertai curahan rahmatMu. Ya Allah, aku serahkan segala sesuatu tentang dirinya kepada
kekuasaanMu dan aku rela menerima kepetusanMu. Ya Allah, berilah aku pahala atas segala perbuatan
Abdullah bin Zubair ini, pahalanya orang-orang yang sabar dan bersyukur.” Aaahh alangkah indahnya
dialog cinta antara anak dan ibu ini, sungguh tanpa ada kekokohan aqidah yang kuat bagi seorang ibu
tak akan mampu melahirkan generasi seperti Abdullah bin Zubair..semoga kita para muslimah mampu
mentauladani sikapnya itu, sungguh tak mudah bagi wanita untuk dia itu berbuat zuhud sebab pada
hati dan pandangan matanya dijadikan indah harta dan dunia seisinya ini, itulah godaan wanita masa
kini yang mudah goyah dengan beraneka keindahan dunia…. Sungguh betapa indahnya godaan itu.
Namun bagi seorang muslimah sejati seperti Asma’ binti Abu Bakar ini, ia mampu menjadikan apa yang
teranugerah dalam dirinya adalah sarana untuk mengabdi pada Allah, begitupun dengan anak dan harta
Maka saudariku muslimah, alangkah indah dirimu, alangkah cantik dirimu jika apapun yang
teranugerah untukmu menjadi sarana untuk mendekat pada Illahi. Peradaban islam yang madani itu
justru berawal dari dirimu, untuk melukiskan keindahan akhlak, ilmu pada kertas putih anak-anak kita,
maka APA YANG SUDAH KITA SIAPKAN MENUJU MEGA PROYEK ini? Masihkah kita enggan mencari ilmu
sekuat tenaga untuknya, sedang kita sekolah untuk dunia kita berpuluh tahun, namun untuk MEGA
PROYEK ini apa yang sudah kita siapkan? Sungguh tak hanya butuh ilmu agama saja, namun ia butuh
keterampilan, keahlian dan bersiap untuk mencurahkan hati, jiwa, harta dan diri demi proyek ini. Agar
kasus diawal artikel tak menjadi permasalahan permanen. Menjadilah ibu sejati bagi dirimu, anakmu
masyarakat dan bangsamu. KEINDAHAN LUKISANMU di ATAS KERTAS PUTIH YANG BERSIH Menjadi
PENAWAR BAGI PERMASALAHAN UMAT.
Jangan pernah berhenti bergerak! Beranilah pada kebenaran! Bicaralah jika kau benar!
Kendalikan godaan dunia dan harta ini dengan cara mulia! Pergunakan malumu pada tempatnya!
Semoga kita semua para muslimah aktivis dakwah dapat bertemu dengan para umahatul muslimin yang
mengispirasi kita, di jannah kelak! Semoga!
Salam sayang bagi calon ibu maupun yang sudah menjadi ibu
(Halwa Saidah)
Yang berpeluh..
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhguYA3HFrT6mTqYl044BHPHVFC-05ikDKmXYe1ExgoozonFq_fldQAtfOPrzmEOf05V0e5yFEVaNGf3FgJ4Qh0HuXZNuXRSN82wIjD1M_7yW9ENJYMUGenSt-ELrAwkbwOPtQpjyM9tRlY/s320/24908_106252202742243_100000723900933_98217_1688271_n.jpg)
Dia.. telah mengandungku dalam perutnya selama sembilan bulan seolah-olah sembilan tahun
Dia.. bersusah payah melahirkanku yang jampir saja menghilangkan nyawanya
Dia.. menyusuiku dengan putingnya, dan ia hilangkan rasa kantuknya krn menjagaku
Dia..
Seandainya dipilih antara hidupku dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya aku hidup dengan suara yang paling kerass
betapa Ibu, aku amat sangat merindumu..
Robb, semoga Kau menjadikan aku dan kami semua golongan hamba yang tiada durhaka terhadap ibu
"dan berbuat baiklah kepada ibumu, kemudia ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat."
[HR.Bukhori]
(Mimi Sajalah)
Peran Bunda dalam Keberhasilan Ekonomi Islam
Peran Bunda adalah Kunci Resep Keberhasilan Ekonomi Islam
Apakah definisi dari ilmu ekonomi ? ilmu ekonomi secara sistematis mempelajari
TINGKAH LAKU MANUSIA dalam usahanya untuk mengalokasikan sumber-sumber daya
yang terbatas guna mencapai tujuan tertentu ( Adam Smith )
Mari kita urai, faktor apakah yang paling dominan dalam mempengaruhi TINGKAH LAKU
MANUSIA ?
Greenarce (1941) dan Fodor (1949), ahli psikoanalisa, berpendapat bahwa pembentukan
kepribadian seseorang sebenarnya dimulai sejak dari dalam kandungan ibu; hal
itu dibuktikan oleh hasil risetnya terhadap tikus putih. Mereka ingin memperoleh
jawaban terhadap pertanyaan, "Apakah stres pada induk tikus yang bunting itu akan
mempengaruhi keturunannya?"
Sepuluh tikus jantan dan betina difungsikan sebagai induk; kemudian 60 ekor
keturunannya diselidiki. Bermula, 5 tikus betina digunakan sebagai percobaan, dilatih
untuk bereaksi menghindarkan diri dari shock elektris yang ditandai dengan dengungan
bel. Kemudian 5 tikus betina yang digunakan sebagai percobaan itu dikawinkan. Setelah
5 tikus betina tersebut diketahui sedang bunting, maka 5 tikus itu di-shock elektris
dengan bunyi dengungan bel.
Hasilnya: anak-anak tikus yang dilahirkan oleh induknya yang dalam keadaan aman
dapat lari-lari dengan lincah dan riang. Namun anak-anak tikus yang dilahirkan oleh
induk yang sedang dalam keadaan stres oleh sebab mengalami shock elektris kelihatan
takut-takut dan bersembunyi-sembunyi.
Pendidikan ibu sudah dilakukan sejak anak masih dalam kandungan. Sejak saat itu
kedekatan fisik dan emosional ibu dengan anaknya sudah terjalin secara alamiah. Banyak
para ahli yang berpendapat bahwa kedekatan fisik dan emosional seorang ibu pada
anaknya merupakan salah satu aspek penting keberhasilan pendidikan. Di sinilah peran
penting seorang ibu terhadap pendidikan usia dini.
Dalam ceramahnya beberapa waktu lalu di KBRI-Riyadh, Arab Saudi (tepatnya pada
4-10-2011), wakil menteri pendidikan nasional KIB II, Bapak Prof. Dr. Fasli Jalal
menjelaskan secara gamblang bahwa perkembangan kecerdasan anak yang sangat
pesat terjadi sejak anak baru lahir hingga usia 5 tahun. Menurut beliau, hampir 70%
potensi kecerdasan anak sudah terbentuk pada usia di bawah 5 tahun. Kemudian secara
bertahap mencapai 80% pada usia 8 tahun.
Betapa pentingnya peran ibu hingga ada istilah ibu sebagai rahim peradaban. Ibu
memiliki tugas dan peran yang sangat besar dalam sepanjang sejarah manusia. Ibu
tidak hanya bertindak sebagai tempat embrio berkembang selama sembilan bulan. Tapi
peran ibu lebih dari sekedar mengandung dan melahirkan anak. Tugas yang berat yang
diemban oleh seorang ibu adalah sebagai pendidik para pelaku sejarah dari zaman-
ke zaman. Optimalisasi peran ibu dalam membangun peradaban di dunia ini adalah
tuntutan.
Untuk menciptakan generasi bangsa yang bertaqwa, dimulai dari berusaha menjauhi
makanan yang haram dan dari sumber-sumber rezeki yang bebas dari RIBA.
Daging yang tumbuh bagi si pemakan itu sendiri, apabila dari makanan haram dan riba
berakibat:
1. Melahirkan anak yang kadang-kadang sulit diatur.
2. Tidak menutup kemungkinan anak yang lahir dapat mempunyai tipe-tipe cenderung
negatif; Yang menurut Psikology ada beberapa tipe manusia yang negatif, antara lain:
a). Kliptomania, orang yang mempunyai kecenderungan untuk mencuri.
b). Dipsomania, anak yang cenderung pada minuman keras, ganja. morphin dan lain-lain.
c). Pinomania,kecenderunganuntukmerusak.
d). Dipresif, kecenderungan berbuat robot, amoral. asosial, freesex, sadis, suka bunuh
diri, dan sebagainya.
Dalam kenyataannya masih banyak diantara kita yang memakan makanan dan
memberikan makanan untuk anak-anaknya yang berasal dari RIBA. Bermula dari
perekonomian keluarga yang terpuruk menyebabkan persoalan sosial yang lebih
buruk , peningkatan angka kriminalitas, perceraian dan berefek buruk pada kualitas
generasi bangsa ini. Inilah bukti kelemahan dan kebobrokan sistem yang diterapkan
di Indonesia. Sistem Kapitalisme yang diterapkan telah memaksa para ibu di negeri ini
untuk bekerja meninggalkan keluarganya. Kebanyakan mereka bekerja menjadi buruh
pabrik, pembantu rumah tangga, bahkan menjadi TKW di luar negeri. Lantas, bagaimana
solusi dari semua permasalahan ini?
Lalu dimana posisi seorang ibu saat ini? Apakah peran seorang ibu sudah kabur? Ibu
sibuk mencari uang, ibu sibuk dengan kliennya, ibu sibuk mengurusi bisnis. “Ibu cari
uang juga demi kalian (anak-anak)”, kata-kata itu yang sering dilontarkan sebagai
perisai. Namun apakah anak hanya cukup dengan materi saja dan apa benar itu demi
kepentingan anak 100%? Kita tengok ummul mukminin Khadijah, seorang wanita
karier, ahli berdagang, namun beliau tetap menjalankan perannya sebagai seorang
istri dan seorang ibu yang sangat baik. Wanita karier bukan menjadi penghalang untuk
mencurahkan perhatian pada anak. Tergantung manajemen waktu setiap ibu.
Masalah yang terpenting adalah peradaban apa yang akan dibawa dan dibangun oleh
pelaku sejarah. Masyarakat madani yang berakhlaqul karimah tentu menjadi impian
setiap manusia. Termasuk di dalamnya perjuangan dalam membumikan Ekonomi
Syariah .
Sebagian besar penduduk di negeri ini adalah Muslim, mengapa mereka tidak mengambil
hukum Islam untuk mengatur seluruh aspek kehidupan. Padahal Islam adalah satu-
satunya solusi untuk memecahkan problematika manusia termasuk pada aspek
ekonomi.
Dalam rangka memepersiapkan ibu sebagai peran peradaban, butuh ibu yang cerdas,
berakhlaqul karimah dan berfikir progresif.
Dan sekarang adalah saatnya kita mengembalikan, mewujudkan dan merevitalisasi
ungkapan “al ummi awwalul madrosah” .
(N. Anisa Qadriyah)
Apakah definisi dari ilmu ekonomi ? ilmu ekonomi secara sistematis mempelajari
TINGKAH LAKU MANUSIA dalam usahanya untuk mengalokasikan sumber-sumber daya
yang terbatas guna mencapai tujuan tertentu ( Adam Smith )
Mari kita urai, faktor apakah yang paling dominan dalam mempengaruhi TINGKAH LAKU
MANUSIA ?
Greenarce (1941) dan Fodor (1949), ahli psikoanalisa, berpendapat bahwa pembentukan
kepribadian seseorang sebenarnya dimulai sejak dari dalam kandungan ibu; hal
itu dibuktikan oleh hasil risetnya terhadap tikus putih. Mereka ingin memperoleh
jawaban terhadap pertanyaan, "Apakah stres pada induk tikus yang bunting itu akan
mempengaruhi keturunannya?"
Sepuluh tikus jantan dan betina difungsikan sebagai induk; kemudian 60 ekor
keturunannya diselidiki. Bermula, 5 tikus betina digunakan sebagai percobaan, dilatih
untuk bereaksi menghindarkan diri dari shock elektris yang ditandai dengan dengungan
bel. Kemudian 5 tikus betina yang digunakan sebagai percobaan itu dikawinkan. Setelah
5 tikus betina tersebut diketahui sedang bunting, maka 5 tikus itu di-shock elektris
dengan bunyi dengungan bel.
Hasilnya: anak-anak tikus yang dilahirkan oleh induknya yang dalam keadaan aman
dapat lari-lari dengan lincah dan riang. Namun anak-anak tikus yang dilahirkan oleh
induk yang sedang dalam keadaan stres oleh sebab mengalami shock elektris kelihatan
takut-takut dan bersembunyi-sembunyi.
Pendidikan ibu sudah dilakukan sejak anak masih dalam kandungan. Sejak saat itu
kedekatan fisik dan emosional ibu dengan anaknya sudah terjalin secara alamiah. Banyak
para ahli yang berpendapat bahwa kedekatan fisik dan emosional seorang ibu pada
anaknya merupakan salah satu aspek penting keberhasilan pendidikan. Di sinilah peran
penting seorang ibu terhadap pendidikan usia dini.
Dalam ceramahnya beberapa waktu lalu di KBRI-Riyadh, Arab Saudi (tepatnya pada
4-10-2011), wakil menteri pendidikan nasional KIB II, Bapak Prof. Dr. Fasli Jalal
menjelaskan secara gamblang bahwa perkembangan kecerdasan anak yang sangat
pesat terjadi sejak anak baru lahir hingga usia 5 tahun. Menurut beliau, hampir 70%
potensi kecerdasan anak sudah terbentuk pada usia di bawah 5 tahun. Kemudian secara
bertahap mencapai 80% pada usia 8 tahun.
Betapa pentingnya peran ibu hingga ada istilah ibu sebagai rahim peradaban. Ibu
memiliki tugas dan peran yang sangat besar dalam sepanjang sejarah manusia. Ibu
tidak hanya bertindak sebagai tempat embrio berkembang selama sembilan bulan. Tapi
peran ibu lebih dari sekedar mengandung dan melahirkan anak. Tugas yang berat yang
diemban oleh seorang ibu adalah sebagai pendidik para pelaku sejarah dari zaman-
ke zaman. Optimalisasi peran ibu dalam membangun peradaban di dunia ini adalah
tuntutan.
Untuk menciptakan generasi bangsa yang bertaqwa, dimulai dari berusaha menjauhi
makanan yang haram dan dari sumber-sumber rezeki yang bebas dari RIBA.
Daging yang tumbuh bagi si pemakan itu sendiri, apabila dari makanan haram dan riba
berakibat:
1. Melahirkan anak yang kadang-kadang sulit diatur.
2. Tidak menutup kemungkinan anak yang lahir dapat mempunyai tipe-tipe cenderung
negatif; Yang menurut Psikology ada beberapa tipe manusia yang negatif, antara lain:
a). Kliptomania, orang yang mempunyai kecenderungan untuk mencuri.
b). Dipsomania, anak yang cenderung pada minuman keras, ganja. morphin dan lain-lain.
c). Pinomania,kecenderunganuntukmerusak.
d). Dipresif, kecenderungan berbuat robot, amoral. asosial, freesex, sadis, suka bunuh
diri, dan sebagainya.
Dalam kenyataannya masih banyak diantara kita yang memakan makanan dan
memberikan makanan untuk anak-anaknya yang berasal dari RIBA. Bermula dari
perekonomian keluarga yang terpuruk menyebabkan persoalan sosial yang lebih
buruk , peningkatan angka kriminalitas, perceraian dan berefek buruk pada kualitas
generasi bangsa ini. Inilah bukti kelemahan dan kebobrokan sistem yang diterapkan
di Indonesia. Sistem Kapitalisme yang diterapkan telah memaksa para ibu di negeri ini
untuk bekerja meninggalkan keluarganya. Kebanyakan mereka bekerja menjadi buruh
pabrik, pembantu rumah tangga, bahkan menjadi TKW di luar negeri. Lantas, bagaimana
solusi dari semua permasalahan ini?
Lalu dimana posisi seorang ibu saat ini? Apakah peran seorang ibu sudah kabur? Ibu
sibuk mencari uang, ibu sibuk dengan kliennya, ibu sibuk mengurusi bisnis. “Ibu cari
uang juga demi kalian (anak-anak)”, kata-kata itu yang sering dilontarkan sebagai
perisai. Namun apakah anak hanya cukup dengan materi saja dan apa benar itu demi
kepentingan anak 100%? Kita tengok ummul mukminin Khadijah, seorang wanita
karier, ahli berdagang, namun beliau tetap menjalankan perannya sebagai seorang
istri dan seorang ibu yang sangat baik. Wanita karier bukan menjadi penghalang untuk
mencurahkan perhatian pada anak. Tergantung manajemen waktu setiap ibu.
Masalah yang terpenting adalah peradaban apa yang akan dibawa dan dibangun oleh
pelaku sejarah. Masyarakat madani yang berakhlaqul karimah tentu menjadi impian
setiap manusia. Termasuk di dalamnya perjuangan dalam membumikan Ekonomi
Syariah .
Sebagian besar penduduk di negeri ini adalah Muslim, mengapa mereka tidak mengambil
hukum Islam untuk mengatur seluruh aspek kehidupan. Padahal Islam adalah satu-
satunya solusi untuk memecahkan problematika manusia termasuk pada aspek
ekonomi.
Dalam rangka memepersiapkan ibu sebagai peran peradaban, butuh ibu yang cerdas,
berakhlaqul karimah dan berfikir progresif.
Dan sekarang adalah saatnya kita mengembalikan, mewujudkan dan merevitalisasi
ungkapan “al ummi awwalul madrosah” .
(N. Anisa Qadriyah)
Ku Temukan
Aku menemukan kehidupanku dalam belaianmu Aku menemukan jati diriku dalam keangkuhanmu Aku menemukan tujuan hidupku dalam keras kepalamu Aku menemukan cinta dalam kerja kerasmu Aku menemukan semangat dalam pantang menyerahmu Aku menemukan ilmu dalam mozaik hidupmu Aku menemukan rindu dalam amarahmu Aku menemukan disiplin dalam ketegasanmu Aku menemukan hikmah dalam keseharianmu Aku menemukan maaf dalam diammu Aku menemukan ikhlas dalam konsistenmu Aku menemukan inspirasi tiada henti dalam dirimu……… IBU….
(azizie, 200408)
Langganan:
Postingan (Atom)